Yang menjadi masalah, menurut Alumnus Universitas Brawijaya Malang itu, adalah akses pembiayaan kepada lembaga keuangan, baik bank maupun non bank yang masih sangat terbatas.
“Dan hanya pelaku usaha yang masih memiliki aset yang dapat mengakses pembiayaan dan memenuhi syarat yang ditetapkan pihak kreditur,” katanya.
LaNyalla mengatakan, kondisi ini masih menyulitkan kebangkitan ekonomi. Jika keadaan ini tidak dapat segera ditangani, LaNyalla khawatir pertumbuhan ekonomi berjalan melambat.
“Karena, fakta yang terjadi di lapangan, pelayanan jasa keuangan perbankan dan non perbankan umumnya memberikan kredit pinjaman KUR dengan peruntukan konsumtif,” jelasnya.
Untuk itulah LaNyalla meminta pemerintah menjamin pembiayaan perbankan atau non perbankan yang difokuskan pada kredit permodalan terutama pelaku usaha mikro dan kecil.
Editor : Abdulloh Hilmi