Sementara itu, NTP tanaman pangan berpeluang stagnan jika pemerintah tidak merubah (intervensi) kebijakan pembelian gabah di tingkat petani.
"Seiring dengan kenaikan harga pupuk dan tingginya inflasi, petani kita terbebani dengan banyak pengeluaran, namun harga jual produk pertaniannya tertahan. Sehingga membuat harga beras saat ini dibawah harga keekonomiannya," pungkasnya.
Untuk petani sawit, lanjut dia, pihaknya yakin perlahan NTP-nya akan kembali mengalami pemulihan. Karena normalisasi kebijakan ekspor CPO dan produk turunan kelapa sawit sudah dilakukan.
Ke depan, sebut Gunawan, pemerintah harus fokus memperbaiki daya beli petani untuk jenis tanaman hortikultura dan tanaman pangan. Karena pupuk sudah sangat mahal, dan pengeluaran petani kian banyak.
Sosialisasi penggunaan pupuk kompos yang memiliki efektifitas yang bersaing dengan pupuk kimia juga perlu digalakkan.
"Petani kita saat ini terbebani dengan tingginya biaya input produksi dan kenaikan biaya hidup. Sementara harga jual produk tanamannya justru diserahkan ke mekanisme pasar. Jadi mereka tidak punya banyak pilihan untuk memperbaiki daya belinya. Dan khusus untuk petani sawit, jelas mereka mengalami tekanan pada saat ini, akan tetapi saya melihat potensi pemulihan NTP-nya sangat terbuka," tandasnya.
Editor : Abdulloh Hilmi
Artikel Terkait