JAKARTA, iNews.id - Pengamat Ekonomi Universitas Indonesia (UI) Telisa Aulia Falianty mengatakan, pemerintah Indonesia harus mewaspadai angka inflasi pada Juli 2022 yang mencapai 4,94% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Angka ini merupakan yang tertinggi sejak 2015 atau dalam tujuh tahun terakhir.
"Tentu ini menjadi kewaspadaan bagi pemerintah, di mana sebelumnya pemerintah telah menargetkan angka inflasi sebesar 3,5-4,5%. Dan hal itu lah yang harus diwaspadai pemerintah bahwa inflasi sudah di atas target," ujarnya dalam Market Review IDXChannel, Selasa (2/8/2022).
Telisa mengatakan bahwa angka inflasi tersebut juga telah melebihi perkiraan dari para ekonom Indonesia terkait kenaikan inflasi saat ini.
"Kita memang tahu bahwa inflasi akan naik tetapi ternyata kenaikan ini melebihi ekspektasi, dan itu artinya memang jauh di atas perkiraan kita," ungkapnya.
Dia mengatakan bahwa pemerintah harus menekankan perhatian terhadap sejumlah komoditas yang menyumbang kenaikan inflasi.
"Dengan adanya subsidi terhadap komoditas tersebut merupakan langkah tepat, namun hal tersebut ada batasnya sehingga pemerintah perlu memikirkan lebih jauh terhadap sejumlah komoditas tersebut," tuturnya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada bulan Juli 2022 terjadi inflasi tahun ke tahun (year-on-year/yoy) mencapai 4,94%.
Kepala BPS Margo Yuwono mengungkapkan, inflasi secara tahunan tersebut merupakan yang tertinggi sejak Oktober 2015.
"Tingkat inflasi tahun ke tahun, yakni Juli 2022 terhadap Juli 2021 sebesar 4,94%. Ini merupakan inflasi tertinggi sejak Oktober 2015, di mana pada saat itu inflasi 6,25%," ujarnya dalam jumpa pers secara virtual di Jakarta, Senin (1/8/2022).
Dia menjelaskan, kelompok inflasi tertinggi pada Juli secara yoy berasal kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau, di mana pada Juli ini terjadi inflasi 9,35%.
“Komoditas yang menyumbang inflasi terbesar di antaranya cabai merah, minyak goreng, bawang merah dan rokok kretek filter,” paparnya.
Editor : Abdulloh Hilmi
Artikel Terkait