Mandailing Natal, iNews.id - Dalam momentum Hari Guru tiga tahun lalu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menyampaikan sebuah pidato singkat, namun sangat reflektif. Sebuah pidato yang dikemas dan dirancang dalam rangka menggugah kesadaran insan pendidikan, tentang gagasan yang tengah ia ikhtiarkan bersama-sama, yakni Merdeka Belajar.
Nadiem berujar bahwa tugas guru adalah tugas yang paling mulia sekaligus paling berat. Ia bertutur;
"Guru Indonesia. Anda ditugaskan untuk membentuk masa depan bangsa, tetapi lebih sering diberikan aturan daripada pertolongan.
Anda ingin membantu murid yang tertinggal di kelas, tetapi waktu anda habis untuk mengerjakan tugas administratif tanpa manfaat yang jelas.
Anda tahu betul bahwa potensi anak tidak bisa diukur dari hasil ujian, tapi terpaksa mengejar angka karena didesak berbagai pemangku kepentingan.
Anda ingin mengajak murid ke luar kelas, tapi kurikulum yang begitu padat menutup pintu petualangan.
Anda tahu setiap anak mempunyai kebutuhan yang berbeda, namun keseragaman telah mengalahkan keberagaman".
Pidato di atas menggambarkan situasi yang dilematis. Di satu sisi Mas Menteri menginginkan pendidikan terbang tinggi mengudara, sementara warisan sistem yang turun temurun masih menjadi batu sandungan atau hambatan kemajuan. Ia memimpikan pendidikan yang progresif, sementara realitas pada galibnya menunjukkan stagnasi. Realitas yang pada perjalanannya menjadi titik tolak sebuah gagasan brilian bernama "Merdeka Belajar". Sebab kemerdekaan adalah hakikat dan esensi.
Editor : Abdulloh Hilmi
Artikel Terkait