MANDAILING NATAL, iNews.id - Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Harvick Hasnul Qolbi mengatakan sektor pertanian terus konsisten dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional. Hal ini terlihat dari kontribusinya, salah satunya pada ekspor pertanian, yang selalu tumbuh positif meski di masa pandemi COVID-19.
Baca Juga: Wamentan: Upaya Penanganan dan Pengendalian Wabah PMK Terus Dipercepat
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor pertanian pada Mei 2022 kembali mengalami kenaikan sebesar 20,32 persen (year on year/YoY) atau Rp4,27 triliun. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kenaikan tersebut membuat share pertanian Indonesia tahun ini mencapai 1,36 persen. Secara akumulatif Januari hingga Mei 2022, ekspor pertanian juga mengalami peningkatan.
"Ekspor pertanian hingga Mei 2022 kembali mengalami peningkatan sebesar 20,32 persen. Ini membuktikan sektor pertanian konsisten berkontribusi dalam mendukung upaya pemulihan ekonomi nasional," kata Wamentan Harvick dalam keterangan tertulisnya, Jumat (17/6).
Selain itu, nilai tukar petani (NTP) sebagai salah satu indikator pengukur tingkat kesejahteraan petani juga mengalami peningkatan. Pada Maret 2022, NTP tercatat sebesar 109,29 atau naik 0,42 persen dibanding bulan sebelumnya yakni 108,83.
Sementara, nilai tukar usaha petani (NTUP) juga ikut meningkat. Pada Februari 2022, NTUP tercatat sebesar 108,53, naik 0,67 persen atau menjadi 109,25 pada Maret 2022.
“Peningkatan daya beli pun tentu karena adanya peningkatan produksi pangan dan harga yang menguntungkan petani, salah satunya naiknya produksi padi," ungkapnya.
Baca Juga: Cegah Wabah PMK, Wamentan Sebut Distribusi Daging Sapi Diperketat Jelang Idul Adha
Kementerian Pertanian (Kementan) sendiri mencatat produksi beras tahun 2019 mencapai 31,31 juta ton, meningkat di 2020 menjadi 31,36 juta ton dan surplus 7,39 juta ton. Di tahun 2021, produksi beras pun mengalami kenaikan yaitu 31,33 juta ton dan surplus 9,63 juta ton.
Keberhasilan Kementan dalam meningkatkan produksi padi ini mengantarkan Indonesia tidak mengimpor beras dalam tiga tahun terakhir ini. Hal ini pun diakui Presiden Joko Widodo dalam Rapat Kerja Nasional V Projo, Sabtu, 21 Mei 2022 lalu, yang mengatakan Indonesia sudah tidak mengimpor beras selama tiga tahun terakhir.
"Yang biasanya kita impor 1,5 juta sampai 2 juta ton per tahun, sudah 3 tahun ini kita tidak. Ini yang harus dipertahankan, syukur stoknya bisa kita perbesar. Artinya, produktivitas petani itu harus ditingkatkan," kata Jokowi.
Sebelumnya, Deputi Bidang Statistik, Distribusi dan Jasa BPS, Setianto mengatakan ekspor sektor pertanian naik sebesar 13,34 persen yaitu dari US$ 1,63 miliar menjadi US$ 1,84 miliar. Dari angka tersebut, pertanian memiliki total share sebesar 1,60 persen dari total share nonmigas yang mencapai 95,58 persen.
"Dengan demikian total ekspor nonmigas kita di bulan Januari sampai dengan Mei meningkat 36,34 persen atau sebesar US$ 84,33 miliar menjadi US$ 114,97 miliar," ujar Setianto, Rabu, (15/6).
Editor : Abdulloh Hilmi