Jalan Panjang Menuju Merdeka Belajar

Abdulloh Hilmi
Alumni Program Magister Komunikasi Universitas Indonesia, Sinta Lestari, M.Si

Seorang penyair tersohor dan legendaris dari Lebanon, Khalil Gibran, pernah menggubah puisi yang beririsan soal ini. Puisi yang ia beri judul dalam versi bahasa Inggris; "Your Children are not Your Children", Anakmu Bukan Milikmu. Artinya, bahkan dalam relasi orang tua dan anak yang terkait biologis saja, kemerdekaan tetap menjadi hak asasi. Anak bagi Khalil Gibran adalah anak-anak panah yang akan sampai pada tujuannya sendiri-sendiri. 

Oleh karena itu pula lah dalam pembukaan UUD 1945 tegas disebutkan bahwa Kemerdekaan adalah Hak segala bangsa dan oleh sebab itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan. Saking vitalnya kata merdeka, perjuangan atasnya dalam sejarah bangsa kita membutuhkan rentang waktu yang tidak kurang dari tiga setengah abad. 

Tiga Dosa Besar Dalam Pendidikan

Dalam ikhtiar mengidentifikasi masalah yang menahun dalam dunia pendidikan kita, Mas Menteri Nadiem Makarim beserta para stakeholders pada akhirnya sampai pada kesimpulan tentang apa yang sejatinya menjadi hambatan dalam pendidikan kita. Terangkum dalam istilah tiga dosa besar dalam pendidikan; Pertama Intoleransi, Kedua Kekerasan Seksual, dan Ketiga Perundungan/Bullying. 

Tiga dosa besar di atas, ditemukan di mana-mana dengan berbagai macam varian kasus. Melukai kemanusiaan, merenggut kemerdekaan. Dalam realitas yang sangat beragam/heterogen, yang terjadi malah intoleransi. Dalam realitas dunia yang semakin modern, kekerasan seksual justru langgeng. Demikian pula perundungan yang selama ini seolah menjadi tradisi yang benar, diwariskan turun temurun. Padahal dunia sudah bergerak sangat maju beriringan dengan disrupsi teknologi digital. 

Artinya, Merdeka Belajar yang dimimpikan Nadiem Makarim adalah rute panjang, terjal, dan berliku. Namun meski demikian, layar sudah terkembang. Merdeka Belajar sudah mewujud dalam sejumlah kebijakan turunan, di antaranya Kampus Merdeka yang di dalamnya ada Pertukaran Mahasiswa Merdeka yang kini menjadi salah satu program paling populer untuk pelajar di level mahasiswa. 

Program di atas pada perjalanannya cukup menggugah, menginspirasi, dan menggerakkan banyak elemen untuk turut menjadi bagian dari sejarah perubahan. Pendidikan kita nampak lebih siap menangkap sinyal-sinyal perubahan yang semakin cepat dan distruptif. Karena selain perangkat yang semakin modern, mentalitas untuk berpikir maju dan mendunia juga terus disiapkan. 

Di bawah racikan tangan Nadiem Makarim, pendidikan yang sedianya berwatak kaku dan penuh aturan, kini sudah banyak bertansformasi, dari yang semula hanya bersifat Top-Down dan cenderung doktriner, menjadi pendidikan yang berwatak partisipatif. Sebagaimana pesan dari Ki Hadjar Dewantara:

"Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu". 

Sekian.

Oleh:

Sinta Lestari, M.Si

(Alumni Program Magister Komunikasi Universitas Indonesia)

Editor : Abdulloh Hilmi

Sebelumnya

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network